Wednesday, December 10, 2008

Design Nishiki-e Sebuah Seni Terapan Dari Sketsa Kabuki Jepang

Seni Kabuki dari Jepang tak cuma pertunjukan teater tari di atas panggung. Kabuki juga bisa dituangkan dalam kertas atau kanvas yang dinamakan Nishiki-e. Karya seni itulah yang dipamerkan di Bentara Budaya, Jakarta, 27 November hingga 5 Desember lalu. Selanjutnya, pameran berpindah ke Surabaya pada 11-21 Desember.

Nishiki-e adalah jenis karya design seni yang berawal dari Ukiyo-e, seni grafis cetak cukil kayu yang terkenal di Jepang pada abad ke-17. Teknik ini dikembangkan pada zaman Edo. Salah satu jenis Ukiyo-e adalah Nishiki-e. Design gambar yang dilukis adalah penggalan adegan saat pertunjukan Kabuki lengkap dengan sang artis dan latar panggung pementasan.

Misalnya gambar design Nishiki-e karya Utagawa Toyokuni kedua yang bercerita tentang Senchu Yukimi Zu (menikmati salju dari atas perahu). Karya ini berupa gambar tiga pemain Kabuki yang tengah naik perahu dan minum sake sambil menikmati pemandangan salju.

Kita juga bisa menengok design Nishiki-e Ousai Fusatane (1875) yang berkisah tentang Yoshitsune Sembon Zakura (Yoshitsune dan seribu tangkai sakura). Karya ini menceritakan tentang seekor rubah jelmaan Tadanobu yang melompat di depan pasangan kekasih Yoshitsune (tokoh samurai) dan Shizuka Gozen.

Tak cuma adegan yang dituang dalam kertas, design Nishiki-e juga bisa berupa latar panggung yang diilhami dari lokasi pegunungan atau di sebuah kekaisaran. Seperti dalam karya berjudul Edomeisho Saruwaka-cho. Saruwaka-cho adalah kawasan hiburan terkenal di Kota Edo.

Gambar berlatar pemandangan Gunung Fuji di bagian atas dan kawasan hiburan Saruwaka-cho di bagian bawah itu mirip design sketsa yang diwarnai. Tekstur Nishiki-e memang lebih mirip sketsa karena garisnya kasar dan tegas, tapi teknik pembuatannya tergolong rumit.

Pertunjukan Kabuki memang penuh dengan properti menarik. Beberapa alat pendukung pertunjukan pun dipamerkan. Seperti sebuah topi berwarna emas yang disebut Egoshi. Topi ini dipakai oleh para pria yang melakonkan jabatan tingkat tinggi. Di sebelahnya ada Suzu Daiko, yakni sepasang tambur ala Jepang yang dilengkapi dengan lonceng. Juga ada sepasang alat tabuh Kakko dari kayu, dan sebuah Kakko (gendang kecil untuk pementasan).

Pameran design ini merupakan rangkaian dalam perayaan 50 tahun hubungan persahabatan Indonesia-Jepang. “Lewat karya-karya zaman Edo yang dipamerkan di sini, kami ingin memperkenalkan Jepang dari sisi seni design yang berbeda,” ujar Atsushi Kanai, Direktur The Japan Foundation Jakarta, pelaksana acara.

Thursday, December 4, 2008

Teori Warna dan Color Management Bagian Pertama

Warna memiliki unsur seni dan teknologi serta merupakan salah satu bagian yang cukup rumit untuk dikuasai. Penguasaan terhadap warna ini sangat mempengaruhi proses dan hasil akhir produksi dari percetakan yaitu bagaimana mempresentasikan hasil sebuah design kedalam bentuk cetak dengan penyimpangan warna yang minimal. Hal ini membutuhkan pengertian yang mendalam tentang bagaimana mata manusia mempresepsikan dan melihat warna.

Bermain dengan warna adalah hal yang menyenangkan dan dapat menjadi pengalaman yang menarik. Pengertian yang baik tentang warna dan bagaimana mengaplikasikannya kedalam sebuah karya dapat menolong kita untuk lebih berekspresi dengan pabrik seni kita.

Warna terdiri dari 3 aspek yaitu

  1. Sifat fisika dari Cahaya
  2. Obyek dan Sifat kimia dan Cahaya
  3. Mata dari pengamat
Pembahasan lebih lanjut: Teori Warna dan Color Management Bagian Pertama

Thursday, November 20, 2008

Elemen Blockquote Dalam Web Design

Blockquote merupakan elemen dari html yang telah lama ada dan masih tetap banyak digunakan meskipun efek penampilan visual dari elemen pada web browser terkini tidak banyak berubah sejak pertama kali diperkenalkan pada web browser generasi awal tetapi bagaimana web designer memakainya telah jauh berkembang dari maksud awal penggunaannya.

Secara harafiah blockquote dimaksudkan untuk menyajikan ulang secara utuh sebagian isi dari halaman web yang diterbitkan atau disajikan tempat lain entah dari situs yang berbeda, halaman web yang berbeda pada situs yang sama maupun pada halaman web yang sama dalam bentuk “block” yang terpisah secara visual dari isi halaman tersebut.

Berpedoman pada fungsinya yang sederhana ini, hampir semua web browser mempresentasikannya secara sederhana pula yaitu dengan memberikan jarak sebesar 36 pixel disebelah kiri dan kanan pada teks yang diberikan elemen Pada awal perkembangan internet, penggunaan elemen ini banyak diabaikan karena penampakan visualnya.

Seiring dengan hingar bingarnya visual efek dari halaman web maka elemen ini secara ironis mulai banyak digunakan bahkan dipandang sama dengan elemen hanya karena semata-mata mereka berdua memiliki tampilan visual yang sama dan bahkan lebih populer untuk digunakan karena lebih singkat dan cepat untuk ditulis.

Tetapi bagi web designer yang sangat menjaga dengan kualitas coding html menemukan bahwa HTML validation seperti W3C menganggap penggunaan elemen ini salah karena sebenarnya ini dimaksudkan untuk berada didalam elemen atau definition list. Tidak seperti kembaran visualnya, elemen dapat digunakan dimana saja sehingga secara lambat laun menjadi pilihan bagi para web designer untuk menampilkan efek visual yang diinginkan.

Dominasi dari elemen ini semakin populer dengan munculnya CSS (cassading style sheet), dimana akhirnya designer dapat dengan mudah merubah presentasi visual dari ini dan menampilkannya dimana saja dengan format yang sama.

Lebih lanjut mengenai fungsi tambahan blockquote: Elemen Blockqoute Yang Dulu Diabaikan

Tuesday, November 4, 2008

93 Tahun Arie Smit

Seniman Adrianus Wilhelmus Smit, pria kelahiran Belanda ia 93 tahun lalu, masih beraktifitas di tas kanvas di perkampungan seniman Ubud.”Dalam kesehariannya masih tetap melukis meskipun tidak se-enerjik masih muda,” kata Pemilik Museum Neka di Ubud, Pande wayan Suteja Neka Minggu. Menurut dia, karya-karya Arie Smit mempunyai ciri khas yakni perpaduan warna-warna cerah yang harmonis yang disebut “Young Artist”.

Seniman asing yang telah menetap di Bali sejak tahun 1963 atau 45 tahun silam, ketika masih enerjik mempunyai semangat juang yang tinggi untuk mengajarkan masyarakat Desa Penestan, Ubud, Gianyar berkreativitas di atas kanvas maupun menciptakan karya seni dalam bentuk patung.

Arie Smit yang pernah belajar melukis di Akademy of Art, Rotterdam, Belanda tahun 1938 tanpa putus asa “mencetak” seniman Bali, khususnya Ubud dalam menghasilkan karya seni tetap memegang teguh nilai-nilai tradisi dan budaya Bali.

Dalam aktivitas kesehariannya sosok seniman yang pernah mendapat anugrah mendapat anugrah “Lempad Prize” itu dikenal sebagai pelukis memuja “alam lewat warna”, yang dimanifestasikan dengan kemurnian jiwa seorang penjelajah. Karya-karya seni hasil ciptaan Arie Smit menjadi koleksi beberapa museum di dalam dan luar negeri.

Museum Neka memiliki salah satu ruangan yang khusus mengoleksi 60 karya Arie Smit, bagian dari koleksi seluruhnya 312 lukisan, disamping hampir 250 koleksi keris pusaka

Thursday, October 23, 2008

Hak Kekayaan Intelektual Dalam Seni Design Tradisional

Cerita dari Jahab

Akhir tahun 2005. Seorang pemangku Adat masyarakat Dayak Benuaq di Jahab, Kalimantan Timur, menuturkan sebuah cerita sakral, bahwa bagi mereka, kayu-kayu hutan Kalimantan ternyata adalah leluhur dan tetangga yang harus selalu diperlakukan dengan hormat.

Namun, semua sudah berubah. Dengan secarik surat izin, para pendatang dari luar pulau dan bahkan luar negeri dapat menggunduli hutannya hingga akar dalam hitungan hari.

”Leluhur dan tetangga kami mati. Rumah Lamin kami berganti bedeng dan kami sulit membuat ukir-ukiran lagi. Orang-orang asing datang membuat obat dari kekayaan hutan dan tradisi design kami di belakangkan. Kadang, kamilah justru yang dituduh sebagai perusak hutan atau pencuri kayu perusahaan.”

Cerita dari Amazon

Tahun 1986. Loren Miller memperoleh Paten dari Kantor Paten Amerika Serikat (AS) sebagai inventor varietas tanaman yang kabarnya dapat menjadi obat antikanker dan psikoterapi bernama tradisional Da Vine. Lucunya, Miller sebetulnya hanya ”menemukan” varietas itu dibudidayakan di satu kebun seorang anggota komunitas Amazon di Amerika Latin. Da Vine bagi masyarakat tradisional itu adalah tanaman sakral untuk obat bernama Ayahuascha.

Begitu tahu bahwa tanaman sakral mereka dipatenkan pihak luar, perwakilan masyarakat Amazon itu segera memohon agar Paten itu ditinjau ulang. Sayangnya, karena tidak ada bukti tertulis, upaya hukum untuk mencabut Paten itu gagal. Paten itu habis masa berlakunya tahun 2003.

Pertanyaan kritis

Adakah subsistem perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang bisa membuat sebuah produk tetap lekat dengan tanah asalnya? Adakah HKI yang berpihak kepada pemberdayaan ekonomi masyarakat adat atau komunitas lokal?

Sejauh ini, hak-hak kebudayaan yang mengurusi perlindungan nilai-nilai ekonomi produk-produk budaya dan design tradisional adalah HKI. Menurut versi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), HKI merupakan sistem besar berdasarkan Perjanjian Internasional tentang Aspek-aspek HKI yang Terkait dengan Perdagangan (TRIPS). Sistem ini terdiri dari sub-subsistem Hak Cipta, Paten, Merek, Design Industri, Rahasia Dagang, Tata-Letak Sirkuit Terpadu, dan Indikasi Geografis.

Sayangnya, ketujuh subsistem itu punya dua karakter khas. Pertama, sebagai produk WTO, mereka justru cenderung mendukung ide perdagangan bebas, yang ingin membuat barang dan jasa mengalir bebas melintasi batas-batas negara, dan bukannya diam dalam satu wilayah negara. Kedua, sesuai dengan sejarah pemberian Paten di Eropa pasca-Abad Pencerahan, yang dilindungi adalah produk-produk budaya modern, dengan cara pembuktian modern yang mesti tertulis, dan pemegang hak perorangan. Padahal, bukti produk-produk dan design tradisional adalah warisan tradisi bersifat lisan. Kepemilikannya pun komunal.

Kabar baiknya, pengembangan perlindungan hukum di tingkat nasional negara anggota WTO tetap terbuka, selama semua isi TRIPS sudah diakomodasi. Maka, dengan cerdas Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia telah menambahkan pewayangan, kaligrafi, dan seni design terapan batik sebagai obyek perlindungan.

Selain itu, ditentukan bahwa Negara memegang Hak Cipta atas obyek-obyek yang tidak diketahui penciptanya untuk kepentingan pencipta itu dan ahli warisnya, dengan perlindungan tanpa batas waktu. Pakar Hak Cipta, Eddy Damian, dan pakar perlindungan Folklor, Agus Sarjono, juga telah mengemukakan pentingnya pendataan kekayaan design tradisi sebagai upaya preventif.

Namun, bagaimana dengan produk-produk budaya warisan tradisi yang sudah telanjur disahkan oleh sistem HKI WTO sebagai hak pihak-pihak asing?

Perlindungan HKI lain

Sebetulnya, perlindungan HKI lain bisa dicari dalam perjanjian-perjanjian internasional yang bukan dibuat WTO, tetapi Organisasi Hak Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO). Sebagai badan khusus PBB, WIPO selalu berusaha mengimbangi corak hukum WTO yang sering cenderung berpihak kepada kepentingan segelintir negara maju yang telah kekurangan ide kreatif.

Perlindungan Indikasi Asal dalam Konvensi Paris versi WIPO, misalnya, adalah perlindungan terhadap tanda, nama atau indikasi yang menunjukkan asal suatu barang yang sebenarnya. Konvensi Paris melarang setiap barang beredar di pasar global memakai tempat asal yang salah atau menyesatkan.

Dalam hukum nasional Indonesia, Indikasi Asal sebetulnya juga telah diatur dalam Undang-Undang Merek. Di situ disebutkan bahwa Indikasi Asal adalah Indikasi Geografis, tetapi belum terdaftar. Sayangnya, karena masih merupakan bagian dari Merek, sering terjadi salah paham, bahwa menghubungkan perlindungan Indikasi Asal dengan obyek Paten, Hak Varietas Tanaman atau karya-karya seni tradisional obyek Hak Cipta dianggap sudah ”salah” dari awal. Selain itu, karena pengaturannya hanya satu ayat, Indikasi Asal kesannya tidak penting.

Padahal, perlindungan Indikasi Asal bisa dipakai juga untuk memperkuat perlindungan sub- sistem HKI lainnya. Sebagai bagian dari Indikasi Geografis dalam arti luas, Indikasi Asal justru menghargai sejarah dan akar budaya setempat, termasuk tradisi pembuatannya, di samping faktor lingkungan dominan, seperti keadaan tanah dan iklim. Perlindungannya tidak mengenal batas waktu selama kualitasnya terjaga. Selain itu, kepemilikannya dipegang oleh kelompok masyarakat produsen yang tinggal dalam suatu kesatuan wilayah atau klaster.

Menariknya, kepemilikan bersama atas suatu Indikasi Asal amat mungkin. Misalnya, Indikasi Design Asal Batik Indonesia tentu merupakan milik bersama dari kelompok produsen batik-batik Jawa dan Palembang.

Belajar dari kasus Amazon

Belajar dari kegagalan Masyarakat Amazon, klaim atas Da Vine tidak cukup mengandalkan klaim satu subsistem HKI saja, misalnya Paten. Jika saja perlindungan Indikasi Asal juga turut dipakai, mungkin ceritanya akan lain. Klaim, menurut Indikasi Asal, bisa lewat nama Amerika Latinnya: Da Vine, yang mengindikasikan asalnya.

Pembuktian bahwa pengolahan Da Vine memiliki akar kultural yang panjang dalam tradisi masyarakat Amazon pun bisa dilakukan melalui banyak alat bukti. India telah melakukan upaya ini bagi beberapa strain Beras Basmati melawan pengusaha AS. Yunani juga melakukannya bagi keju Feta melawan pengusaha di beberapa negara Komunitas Eropa. Meski kontroversial, mereka berhasil.

Bagi masyarakat Dayak, tes kelayakan untuk memastikan hak mereka atas produk-produk Kayu Kalimantan bisa dilakukan. Misalnya, apakah produk - produk Kayu Kalimantan sudah punya reputasi tertentu, memiliki akar sejarah budaya lokal yang panjang, memiliki komunitas pemangku, memiliki cara-cara pembuatan tradisional tertentu, dan memiliki kesatuan wilayah produksi. Jika ya, produk- produk Kayu Kalimantan bisa menjadi HKI bersama komunitas-komunitas Dayak dengan binaan pemda setempat.

Produk-produk hasil hutan, pertanian, hingga kerajinan dan ekspresi seni design tradisional yang reputasinya mencuat karena tempat asalnya, juga bisa dicoba dengan perlindungan penguat ini. Tinggal pemihakan dan keberanian dari pihak berwenang yang menentukan.

Miranda Risang Ayu, PhD. Pemerhati masalah Hak-hak Kebudayaan. Pengajar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung

Saturday, October 11, 2008

Ilustratif, Integratif dan Dimensi Design Visual Dalam Proses Kolaborasi Puisi

Istilah kolaborasi berasal dari ilmu perang yang berarti bekerja sama dengan musuh. Dalam seni dan sastra berarti penggabungan dua jenis karya seni yang melahirkan satu bentuk karya seni baru. Contohnya: Film adalah kolaborasi dari seni sastra, seni pentas, seni musik, dan seni rupa atau design.

Dewasa ini timbul jenis-jenis puisi hasil kolaborasi dari seni sastra dan seni lain. Kolaborasi puisi memiliki sejarah panjang. Bentuk kolaborasinya ada dua macam yaitu kolaborasi ilustratif dan kolaborasi integratif.

Pada kolaborasi ilustratif kehadiran puisi hanya didukung dan diperkuat oleh bentuk dan unsur seni lain, yang sifatnya ilustratif dengan design graphic. Misalnya, puisi-puisi Cina klasik yang ditulis di atas kain sutra diberi ilustrasi sesuai dengan isi dan suasana puisi. Hal yang sama terdapat dalam rubayat Omar Khayyam edisi bahasa Inggris Edward Fitzgerald (edisi keempat).

Kolaborasi integratif terjadi pada musikalisasi puisi. Seni sastra berkolaborasi dengan seni musik melahirkan karya baru, puisi yang dinyanyikan. Kolaborasi jenis ini juga banyak terdapat dalam khazanah puisi Cina klasik.

Kolaborasi integratif antara puisi dan seni rupa design terjadi di dalam puisi konkret atau puisi design visual. Larik-larik puisi dibentuk menjadi wujud tertentu tanpa meninggalkan keverbalannya sebagai seni sastra. Salah satu contoh puisi ‘ALLAH’ karya Danarto. Sebagai puisi verbal lariknya masih bisa dibaca. Sementara itu strukturnya dibangun dalam matra design visual yang bermakna simbolik.

Kolaborasi antara puisi dengan seni rupa design tampaknya terus berkembang dalam berbagai bentuk dan variasi. Di Jepang, Osama Asano dan Banyak Natsuishi mengkolaborasikan Haiku dengan seni rupa menjadi sebuah puisi design visual. Pada tahun 1997 penyair Jepang Katsunori Kusunoki meluncurkan puisi visualnya yang disebutnya Poetry Boxing; yaitu puisi yang bermatra teatrikal. Kihachiro Kawamoto mengkolaborasikan Haiku dengan film animasi. Puisi menjadi bentuk seni yang hidup bergerak.

Pelukis Bali, Made Wianta, juga melakukan kolaborasi puisi dan seni rupa design. Dalam hal media dan teknik Wianta lebih cenderung membawa karya kolaborasinya ke arah seni rupa. Puisi yang dikolaborasikan tidak dipakai untuk mewujudkan suatu rupa, tetapi menjadi unsur seni rupa design. Selembar sobekan koran diberi lukisan dan goresan-goresan puisi. Sobekan koran itu menjelma menjadi karya seni rupa, dan puisi menjadi salah satu unsurnya. Kadang-kadang puisi itu tidak lagi bisa dibaca, dan tidak lagi mengandung makna. Hal ini menegaskan, karya itu lebih cenderung sebagai karya seni rupa design.

Di bawah pengaruh seni instalasi puisi design visual atau puisi konkret keluar dari matra dimensinya; dari dua menjadi tiga dimensi. Sebuah seni instalasi bisa sebuah puisi yang telah berkolaborasi dengan seni rupa.

Dalam sastra Bali klasik juga terdapat kolaborasi puisi dan seni rupa; yang dikenal dengan nama Rerajahan, yaitu sejenis sastra magis-spiritual. Karya lain misalnya Sastra Yantra karya Anak Agung Istri Agung. Sepintas lalu karya ini tampaknya dibangun dengan kolaborasi ilustratif design graphic. Tetapi bila dicermati pada hakikatnya memakai kolaborasi integratif. Fragmen-fragmen gambarnya merangkai dan mengantarkan teks puisinya mengikuti arah tertentu. Karya ini adalah seni sastra sekaligus seni rupa.

Sutan Takdir Alisyahbana (almarhum) pernah menyuruh Ni Reneng mengkolaborasikan puisinya yang berjudul ‘Perempuan di Persimpangan Zaman’. Hasilnya adalah sebuah tari Bali dengan nama yang sama.

Larik-larik puisi yang menunjukkan temanya diwujudkan dalam gerak tari simbolik. Orang boleh menyebut karya ini puisi yang ditarikan atau tarian puitis.

Variasi kolaborasi puisi dan seni musik antara lain dilakukan oleh Hintze (dipertunjukkan di Werdi Budaya Denpasar, 22 Agustus 2003, dalam acara Pesta Sastra Internasional). Bentuknya tidak sekadar musikalisasi puisi. Puisinya terdiri dari aneka bunyi yang dihasilkan oleh mulut didukung oleh bunyi-bunyi produk alat elektro dan gesekan benda-benda. Pemirsa hanya bisa menikmati puisi bunyi ini lewat kesan-kesan yang timbul menurut pengalaman estetik masing-masing.

Melalui proses kolaborasi bentuk dan jenis puisi bertambah. Definisinya pun berubah. Meski tak sepenuhnya meninggalkan bahasa verbal, puisi hasil kolaborasi sering berada di luar bahasa verbal. Tak ada lagi definisi yang bisa menjangkaunya, kecuali ditunjukkan oleh sifat kepadatan intensitasnya.

Kolaborasi puisi dapat membantu membukakan peluang bagi penikmat dan pengapresiasi, di samping memberikan medan seni yang baru. Dengan kolaborasi kerumitan dunia puisi dapat ‘dicairkan’, sehingga lebih mudah dinikmati dan diapresiasi.

Pada musikalisasi puisi, peningkatan irama karena unsur musik dapat lebih menggugah indera-indera penikmat. Dengan kata lain puisi telah membuka jalan yang lebih lapang guna dimasuki oleh pengapresiasi.

Kolaborasi puisi dengan seni rupa design memungkinkan puisi memperoleh dimensi baru yaitu dimensi design visual. Aspek verbalnya memberikan makna lewat tema, sedangkan aspek visualnya memberikan makna simbolik lewat rupa. Pemirsa dapat menikmati puisi sekaligus seni rupa.

Sudah saatnya bentuk-bentuk kolaborasi puisi diperkenalkan di ruang kelas, kalau kita tidak mau siswa kita tertinggal oleh perkembangan seni budaya design sejagat.

Oleh: Nyoman Tusthi Eddy

Friday, September 26, 2008

Informasi Trend Warna Tahun 2008

Trend warna pada tahun 2008 akan berkisar pada biru, hijau, kombinasi hitam putih atau kuning. Trend warna akan mengarah kepada kebebasan berekspresi, kenyamanan hidup dan warna lingkungan, karena semakin sadarnya konsumen akan isu-isu lingkungan seperti pemanasan global (global warming), bahan bakar yang terbaharui (bio fuel) dll.

Trend warna selalu berganti-ganti sepanjang tahun namun satu hal yang pasti, warna adalah elemen yang paling penting dan bermakna dalam setiap industri design.

Biru
Biru dengan segala nuansanya akan semakin popular terutama warna biru dengan basis hijau. Biru yang cerah, berefek menenangkan dan sedikit gelap. Meningkatnya kesadaran akan lingkungan akan semakin membuat banyak orang mencari inspirasi warna pada alam atau lingkungan disekitar mereka.

Go Green
Hijau juga diperkirakan akan menjadi warna netral yang baru. Warna hijau ini dapat dipakai secara samar dilatar belakang untuk menunjukan kesadaran akan lingkungan dan tanggung jawab sosial. Warna yang bernuansa hijau pepohonan seperti lumut, sayur-sayuran, bambu, cemara ataupun hutan hujan tropis yang dikombinasikan dengan biru laut akan semakin banyak digunakan

Lebih lanjut mengenai warna yang trend pada tahun 2008:

Informasi trend warna pada design tahun 2008

Sunday, September 14, 2008

Service - Pensil Warna Design

Pensil Warna Design adalah rumah design dengan konsep butik design sehingga anda dapat memilih service yang pensil warna design sajikan berdasarkan keperluan perusahaan anda saat ini. Pensil Warna Design menyajikan design berkualitas yang bermain dengan ide-ide innovative dan segar serta menciptakan informasi yang komunikatif secara visual untuk meningkatkan penjualan dan brand recognition.

Design service Pensil Warna Design mencakup antara lain:

  1. Animasi dan Visual Presentasi
    Animasi maupun Visual presentasi sangatlah berguna dalam memudahkan mencerna sesuatu yang kompleks dan rumit seperti liteatur ilmiah atau makalah. Kami, Pensil Warna Design dapat membantu dalam membuat animasi, flash maupun 3d, atau presentasi visual yang memukau.

  2. Design Logo dan Visual Identitas
    Design logo kami yang mampu menunjukan karakter dari klien kami atau kesan yang ingin disampaikan karena di Pensil Warna Design, kami mengerti bahwa logo klien kami adalah kristalisasi dari identitas, kepribadian, visi, misi dan segala keunikan sebuah perusahaan yang akan diingat selama puluhan tahun mendatang.

  3. Web Design
    Kami juga melayani pembuatan design website yang selain berpenampilan indah juga sistematis dan efisien hingga mudah digunakan. Web Design kami selain mengutamkan keindahan, selalu berbasis pada kemudahan penggunaan, praktis, kesesuaian dengan standar web dari W3C dan search engine mulai dari web dengan mengkodean tangan, CMS (Content Management System) hingga e commerce atau toko online.

  4. Graphic Design
    Design graphic kami mencangkup design kemasan, brosur, leaflet, cover buku, company profile, hanging mobile , store display, tradeshow display serta sarana promosi cetak lainnya

  5. Search Engine Optimization
    Search Engine Optimization bertujuan untuk memaksimalkan ranking sebuah situs dalam hasil pencarian serach engine, karena dengan bertumbuh pesatnya dunia internet maka sangatlah tidak mungkin untuk melihat satu persatu setiap situs yang ada yang berjumlah milyaran dan tumbuh dengan angka puluhan juta perhari. Kami membantu anda dalam mengoptimasi website yang telah diluncurkan dengan keahlian kami dalam Search Engine Optimization (SEO). Pensil Warna Design menyediakan pelatihan search engine optimization dalam membantu klien kami memperoleh peringkat lebih baik dalam hasil pencarian di search engine sehingga mampu menghasilkan lebih banyak traffic serta meningkatkan penjualan.

  6. 3d Visualization & Arsitektur
    3D visualisasi merupakan pemvisualisasi dari ide atau konsep kedalam bentuk yang nyata dan menyenangkan untuk dilihat dengan biaya lebih murah daripada harus membuat prototype dari ide atau konsep tersebut. 3d Visualisasi ini banyak digunakan pada arsitektur, interior design maupun visualisasi suatu proyek atau produk untuk dianalisa sebelum diproduksi secara masal, sarana pendidikan mapun materi marketing.

Even the best idea need design help, dan kami, Pensil Warna Design sangat bangga menjadi partner anda dalam melakukan hal-hal luar biasa untuk membantu anda maju dan berkembang.

  ©Blogspot Design By Pensil Warna Design.

TOPO