Wednesday, December 10, 2008

Design Nishiki-e Sebuah Seni Terapan Dari Sketsa Kabuki Jepang

Seni Kabuki dari Jepang tak cuma pertunjukan teater tari di atas panggung. Kabuki juga bisa dituangkan dalam kertas atau kanvas yang dinamakan Nishiki-e. Karya seni itulah yang dipamerkan di Bentara Budaya, Jakarta, 27 November hingga 5 Desember lalu. Selanjutnya, pameran berpindah ke Surabaya pada 11-21 Desember.

Nishiki-e adalah jenis karya design seni yang berawal dari Ukiyo-e, seni grafis cetak cukil kayu yang terkenal di Jepang pada abad ke-17. Teknik ini dikembangkan pada zaman Edo. Salah satu jenis Ukiyo-e adalah Nishiki-e. Design gambar yang dilukis adalah penggalan adegan saat pertunjukan Kabuki lengkap dengan sang artis dan latar panggung pementasan.

Misalnya gambar design Nishiki-e karya Utagawa Toyokuni kedua yang bercerita tentang Senchu Yukimi Zu (menikmati salju dari atas perahu). Karya ini berupa gambar tiga pemain Kabuki yang tengah naik perahu dan minum sake sambil menikmati pemandangan salju.

Kita juga bisa menengok design Nishiki-e Ousai Fusatane (1875) yang berkisah tentang Yoshitsune Sembon Zakura (Yoshitsune dan seribu tangkai sakura). Karya ini menceritakan tentang seekor rubah jelmaan Tadanobu yang melompat di depan pasangan kekasih Yoshitsune (tokoh samurai) dan Shizuka Gozen.

Tak cuma adegan yang dituang dalam kertas, design Nishiki-e juga bisa berupa latar panggung yang diilhami dari lokasi pegunungan atau di sebuah kekaisaran. Seperti dalam karya berjudul Edomeisho Saruwaka-cho. Saruwaka-cho adalah kawasan hiburan terkenal di Kota Edo.

Gambar berlatar pemandangan Gunung Fuji di bagian atas dan kawasan hiburan Saruwaka-cho di bagian bawah itu mirip design sketsa yang diwarnai. Tekstur Nishiki-e memang lebih mirip sketsa karena garisnya kasar dan tegas, tapi teknik pembuatannya tergolong rumit.

Pertunjukan Kabuki memang penuh dengan properti menarik. Beberapa alat pendukung pertunjukan pun dipamerkan. Seperti sebuah topi berwarna emas yang disebut Egoshi. Topi ini dipakai oleh para pria yang melakonkan jabatan tingkat tinggi. Di sebelahnya ada Suzu Daiko, yakni sepasang tambur ala Jepang yang dilengkapi dengan lonceng. Juga ada sepasang alat tabuh Kakko dari kayu, dan sebuah Kakko (gendang kecil untuk pementasan).

Pameran design ini merupakan rangkaian dalam perayaan 50 tahun hubungan persahabatan Indonesia-Jepang. “Lewat karya-karya zaman Edo yang dipamerkan di sini, kami ingin memperkenalkan Jepang dari sisi seni design yang berbeda,” ujar Atsushi Kanai, Direktur The Japan Foundation Jakarta, pelaksana acara.

Thursday, December 4, 2008

Teori Warna dan Color Management Bagian Pertama

Warna memiliki unsur seni dan teknologi serta merupakan salah satu bagian yang cukup rumit untuk dikuasai. Penguasaan terhadap warna ini sangat mempengaruhi proses dan hasil akhir produksi dari percetakan yaitu bagaimana mempresentasikan hasil sebuah design kedalam bentuk cetak dengan penyimpangan warna yang minimal. Hal ini membutuhkan pengertian yang mendalam tentang bagaimana mata manusia mempresepsikan dan melihat warna.

Bermain dengan warna adalah hal yang menyenangkan dan dapat menjadi pengalaman yang menarik. Pengertian yang baik tentang warna dan bagaimana mengaplikasikannya kedalam sebuah karya dapat menolong kita untuk lebih berekspresi dengan pabrik seni kita.

Warna terdiri dari 3 aspek yaitu

  1. Sifat fisika dari Cahaya
  2. Obyek dan Sifat kimia dan Cahaya
  3. Mata dari pengamat
Pembahasan lebih lanjut: Teori Warna dan Color Management Bagian Pertama

  ©Blogspot Design By Pensil Warna Design.

TOPO