Saturday, October 11, 2008

Ilustratif, Integratif dan Dimensi Design Visual Dalam Proses Kolaborasi Puisi

Istilah kolaborasi berasal dari ilmu perang yang berarti bekerja sama dengan musuh. Dalam seni dan sastra berarti penggabungan dua jenis karya seni yang melahirkan satu bentuk karya seni baru. Contohnya: Film adalah kolaborasi dari seni sastra, seni pentas, seni musik, dan seni rupa atau design.

Dewasa ini timbul jenis-jenis puisi hasil kolaborasi dari seni sastra dan seni lain. Kolaborasi puisi memiliki sejarah panjang. Bentuk kolaborasinya ada dua macam yaitu kolaborasi ilustratif dan kolaborasi integratif.

Pada kolaborasi ilustratif kehadiran puisi hanya didukung dan diperkuat oleh bentuk dan unsur seni lain, yang sifatnya ilustratif dengan design graphic. Misalnya, puisi-puisi Cina klasik yang ditulis di atas kain sutra diberi ilustrasi sesuai dengan isi dan suasana puisi. Hal yang sama terdapat dalam rubayat Omar Khayyam edisi bahasa Inggris Edward Fitzgerald (edisi keempat).

Kolaborasi integratif terjadi pada musikalisasi puisi. Seni sastra berkolaborasi dengan seni musik melahirkan karya baru, puisi yang dinyanyikan. Kolaborasi jenis ini juga banyak terdapat dalam khazanah puisi Cina klasik.

Kolaborasi integratif antara puisi dan seni rupa design terjadi di dalam puisi konkret atau puisi design visual. Larik-larik puisi dibentuk menjadi wujud tertentu tanpa meninggalkan keverbalannya sebagai seni sastra. Salah satu contoh puisi ‘ALLAH’ karya Danarto. Sebagai puisi verbal lariknya masih bisa dibaca. Sementara itu strukturnya dibangun dalam matra design visual yang bermakna simbolik.

Kolaborasi antara puisi dengan seni rupa design tampaknya terus berkembang dalam berbagai bentuk dan variasi. Di Jepang, Osama Asano dan Banyak Natsuishi mengkolaborasikan Haiku dengan seni rupa menjadi sebuah puisi design visual. Pada tahun 1997 penyair Jepang Katsunori Kusunoki meluncurkan puisi visualnya yang disebutnya Poetry Boxing; yaitu puisi yang bermatra teatrikal. Kihachiro Kawamoto mengkolaborasikan Haiku dengan film animasi. Puisi menjadi bentuk seni yang hidup bergerak.

Pelukis Bali, Made Wianta, juga melakukan kolaborasi puisi dan seni rupa design. Dalam hal media dan teknik Wianta lebih cenderung membawa karya kolaborasinya ke arah seni rupa. Puisi yang dikolaborasikan tidak dipakai untuk mewujudkan suatu rupa, tetapi menjadi unsur seni rupa design. Selembar sobekan koran diberi lukisan dan goresan-goresan puisi. Sobekan koran itu menjelma menjadi karya seni rupa, dan puisi menjadi salah satu unsurnya. Kadang-kadang puisi itu tidak lagi bisa dibaca, dan tidak lagi mengandung makna. Hal ini menegaskan, karya itu lebih cenderung sebagai karya seni rupa design.

Di bawah pengaruh seni instalasi puisi design visual atau puisi konkret keluar dari matra dimensinya; dari dua menjadi tiga dimensi. Sebuah seni instalasi bisa sebuah puisi yang telah berkolaborasi dengan seni rupa.

Dalam sastra Bali klasik juga terdapat kolaborasi puisi dan seni rupa; yang dikenal dengan nama Rerajahan, yaitu sejenis sastra magis-spiritual. Karya lain misalnya Sastra Yantra karya Anak Agung Istri Agung. Sepintas lalu karya ini tampaknya dibangun dengan kolaborasi ilustratif design graphic. Tetapi bila dicermati pada hakikatnya memakai kolaborasi integratif. Fragmen-fragmen gambarnya merangkai dan mengantarkan teks puisinya mengikuti arah tertentu. Karya ini adalah seni sastra sekaligus seni rupa.

Sutan Takdir Alisyahbana (almarhum) pernah menyuruh Ni Reneng mengkolaborasikan puisinya yang berjudul ‘Perempuan di Persimpangan Zaman’. Hasilnya adalah sebuah tari Bali dengan nama yang sama.

Larik-larik puisi yang menunjukkan temanya diwujudkan dalam gerak tari simbolik. Orang boleh menyebut karya ini puisi yang ditarikan atau tarian puitis.

Variasi kolaborasi puisi dan seni musik antara lain dilakukan oleh Hintze (dipertunjukkan di Werdi Budaya Denpasar, 22 Agustus 2003, dalam acara Pesta Sastra Internasional). Bentuknya tidak sekadar musikalisasi puisi. Puisinya terdiri dari aneka bunyi yang dihasilkan oleh mulut didukung oleh bunyi-bunyi produk alat elektro dan gesekan benda-benda. Pemirsa hanya bisa menikmati puisi bunyi ini lewat kesan-kesan yang timbul menurut pengalaman estetik masing-masing.

Melalui proses kolaborasi bentuk dan jenis puisi bertambah. Definisinya pun berubah. Meski tak sepenuhnya meninggalkan bahasa verbal, puisi hasil kolaborasi sering berada di luar bahasa verbal. Tak ada lagi definisi yang bisa menjangkaunya, kecuali ditunjukkan oleh sifat kepadatan intensitasnya.

Kolaborasi puisi dapat membantu membukakan peluang bagi penikmat dan pengapresiasi, di samping memberikan medan seni yang baru. Dengan kolaborasi kerumitan dunia puisi dapat ‘dicairkan’, sehingga lebih mudah dinikmati dan diapresiasi.

Pada musikalisasi puisi, peningkatan irama karena unsur musik dapat lebih menggugah indera-indera penikmat. Dengan kata lain puisi telah membuka jalan yang lebih lapang guna dimasuki oleh pengapresiasi.

Kolaborasi puisi dengan seni rupa design memungkinkan puisi memperoleh dimensi baru yaitu dimensi design visual. Aspek verbalnya memberikan makna lewat tema, sedangkan aspek visualnya memberikan makna simbolik lewat rupa. Pemirsa dapat menikmati puisi sekaligus seni rupa.

Sudah saatnya bentuk-bentuk kolaborasi puisi diperkenalkan di ruang kelas, kalau kita tidak mau siswa kita tertinggal oleh perkembangan seni budaya design sejagat.

Oleh: Nyoman Tusthi Eddy

Seja o primeiro a comentar

  ©Blogspot Design By Pensil Warna Design.

TOPO